KEKERASAN DAN KONTESTASI KEKUASAAN DALAM PENDIDIKAN
Abstract
Abstract
Kekerasan dalam dunia pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum dari iceberg phenomenon (fenomena gunung es). Permasalahan ini sebenarnya telah lama ada dan mengakar, hanya saja baru terungkap akhir-akhir ini menjadi sebuah diskursus yang marak diperbincangkan, khususnya sejak terungkapnya peristiwa kematian Cliff Muntu. Terbunuhnya calon pamong praja ini hanyalah segelintir dari banyaknya peristiwa kekerasan yang terjadi di belahan bumi nusantara. Tawuran pelajar, pemerkosaan, menjamurnya geng-geng sekelas ‘Nero,’ dan berbagai perilaku vandalistis yang dilakukan dan dialami oleh kaum pelajar telah menjadi fenomena yang acapkali terjadi di negeri ini. Kekerasan telah menggurita dan membudaya lewat tembok-tembok sekolah dan kampus. Karenanya, menjadi sesuatu yang ironi, di tengah geliat demokratisasi yang mewarnai perjalanan bangsa, pendidikan yang seharusnya menjadi model demokratisasi kini justru menampakkan wajahnya yang tidak demokratis. Pengelolaan pendidikan justru membangun ”kuburan demokrasi” karena kehilangan spirit demokrasinya seperti humanisme, keadilan (justice), dan rasionalitas. Pengelolaan pendidikan malah sebaliknya dilandasi spirit pemaksaan, kekerasan, ketidakadilan (injustice) dan berbagai education absurdity lainnya